Dalam lipatan kekata ini, aku adalah orang keempat
Pengamat hari-hari milik kalian bertiga
= kamu, diamu yang dulu, dan diamu yang sekarang.
Maaf bila aku muncul dalam lingkaran masalah kalian secara tak kasat mata
tanpa izin pula
Teruntuk "kamu"..
Sudahkah kau mengikutsertakan hati ketika kau mengiyakan logika otakmu kala itu?
Kala kau menguraikan keputusan untuk mematikan kehidupan berduamu dengannya
Baiklah, kau katakan sudah.
Kutanya lagi.
Sudahkah kau mengaitkan kata hatimu dengan kata hatinya?
Kurasa kau kan terdiam bila kutanyakan ini padamu
Ah tidak! Perasaanku berkata bahwa kau kan mengelaknya
Kau kan buka laman, angkat bicara, mengatakan bahwa kau sudah membicarakannya dengan diamu yang dulu.
Bicara baik-baik katamu.
Dan dia mengiyakanmu. Katamu.
Apakah ia benar-benar mengulurkan jawaban 'pasti' dari mulutnya?
Atau ia hanya memejamkan mata dan menarik bibir melengkung di depanmu? Yang kau anggap "iya" artinya?
Ah. Unik sekali ternyata kamu!
Saking bahagianya dengan diamu yang baru,
Kau tak melihat kabut pilu pada diamu yang lama
Kau tak lihat dunia malamnya sekarang hanya berisi tumpahan tangis
Ah ya, bahkan ketika kau lewat di ambang mukanya, kau tak melihat seokannya menahan tangis?
Gila. Kau hebat ya?
Tunggu? Benarkah kau hebat?
Sepertinya, diamu yang dulu lebih hebat.
Bisa mengheningkan pecahan tangisnya seketika, saat kau melintas di depannya
Bisa menormalkan tawa seakan tak terjadi kepiluan hebat dalam dirinya
Oke. Sudah kupastikan.
Diamu yang lama menjadi sang juara yang aku kagumi.
Dan kamu? Boro-boro mengagumi.
Melihatmu saja membuatku sedetik itu juga kan bangkit dan pergi
Ah ya! Tak hanya kamu yang buatku seperti itu
Tapi juga diamu yang sekarang. Rasanya, otaknya sama denganmu! Tak ikutkan hatinya tuk bekerjasama!
Bye!!
11/18/2017
Aksara Hati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan ditulis komentarnya. semoga manfaat :)